Friday, December 26, 2008

(6) Surat dari Rosa



Beberapa minggu belakangan Bram begitu sibuk. Irama hidup kembali seperti sedia kala. Hampir tiap hari terlibat dalam diskusi di berbagai kampus. Sebagai aktivis mahasiswa, dia harus selalu banyak diskusi dan mengikuti perkembangan terakhir di tanah air. Banyak motif mewarnai kelompok mahasiswa. Dia bersama beberapa teman dekatnya ingin membawa kelompok kelompok ini dalam arus yang sama. Melawan ketidak adilan, penumpukan kekuasaan dan korupsi di kalangan penguasa. Apapun namanya, entah dengan dalih dwifungsi, entah pertahanan semesta, entah itu stabilitas nasional, penumpukan kekuasaan selalu saja punya ekses negatip. Korupsi, pelanggaran hak azasi dan pemberangusan kebebasan berpendapat.

Suasana terasa semakin panas dalam bulan bulan terakhir ini. Dalam rangka menanamkan kekuasaan di kampus, penguasa mewajibkan Wajib Latih Mahasiswa (Walawa). Timbul protes dimana mana di kalangan mahasiswa menentang militerisasi kampus. Mahasiswa yang telah menjalani latihan kemiliteran, mendapat fasilitas tersendiri di kampus. Berbagai resimen mahasiswa di bentuk. Kelompok ini sering bersikap berlebihan. Gagah gagahan dalam kampus, dengan seragam militer. Di Fakultas Kedokteran, seorang asisten dipukuli oleh mahasiswa yang tak lulus tentamen. Mahasiswa tersebut adalah anggota menwa (resimen mahasiswa) dan mendatangi laboratorium bersama dengan teman teman menwanya.

Dalam salah satu diskusi di Magelang, seorang petinggi militer menyatakan bahwa jika program pertahanan semesta ini berhasil, maka Indonesia akan punya tenaga terlatih militer sebanyak delapan puluh juta. Terbanyak di dunia. Indonesia akan disegani di kalangan masyarakat internasional. Bram ikut dalam diskusi itu. Tak ada manfaatnya mendebat petinggi militer itu. Toh media akan mengikuti pendapatnya, hanya karena diucapkan oleh seorang pejabat petinggi militer. Hipokritnya media di Indonesia. Bukan isi pernyataan yang penting, tetapi siapa yang mengucapkan. Delapan puluh juta tenaga militer ? Mau perang sama siapa? Dimana medannya, apa mau sewa gurun Gobi? Ide gila. Hanya akan membawa Indonesia terpuruk di dunia internasional. Masalah stabilitas selalu jadi alasan. Tak masuk akal. Pendekatan militeristik ini yang justru menimbulkan gerakan separatis.. Juga malah memperlemah kemampuan riel militer mengamankan negeri ini. Pencurian harta laut, perambahan hutan dimana mana di muka mata para penguasa. Para petinggi militer justru sibuk terlibat dalam bisnis dan pemerintahan sipil. Urusan pertahanan dan keamanan terabaikan.

Bram juga sibuk menyelesaikan skripsi akhirnya. Sudah selesai ditulis, tinggal konsultasi sama dosen pembimbing. Tak selalu mudah menemui sang dosen, yang juga sibuk ngajar ke sana kemari. Para dosenpun perlu ngobyek untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gaji pegawai negeri sipil tak pernah cukup memenuhi kebutuhan bulanan. Keinginan untuk menulis surat ke Rosa masih lekat dalam benaknya. Berkali kali diusahakan, tak juga bisa tuntas. Apa yang harus dia ungkapkan? Semua rasa dan ingatan akan Rosa hanya mengental dalam batin. Tak mampu dia mengubahnya ke tindakan nyata. Sekalipun hanya menulis surat. Kata kata indah yang akan disampaikan hanya keluar dalam angan angan sebelum tidur. Membayangkan Rosa yang lembut dan cantik. Ingatannya tak pernah bisa lepas darinya. Malam malam yang sunyi selalu membawanya melanglang lamunan. Suatu sore sepulang dari kampus pak Djo tergopoh gopoh menemuinya di kamar.
"Gus tadi ada surat untukmu. Sengaja saya sembunyikan karena agak aneh. Sampulnya warna jambon. Saya takut jangan jangan keng Ibu akan bertanya".
"Terima kasih pak Djo. Ibu tak akan menanyakannya". Bram tahu persis, jika ibunya tidak akan mengurusi surat yang diterimanya. Tak mungkin itu.
"Iya Gus, tetapi ibu akhir akhir ini selalu bertanya kemana sampeyan pergi? Sama siapa?.

Bram tak begitu memperhatikan laporan pak Djo. Surat itu diterimanya dan diletakkan di meja. Nanti akan dibaca setelah mandi. Ada beberapa surat yang datang. Memang ibunya agak sering bertanya akhir akhir ini. Suasana memang sedang memanas di kampus. Mungkin semua orang tua juga akan khawatir jika anaknya ikut aktif dalam gerakan mahasiswa. Sehabis mandi dia membuka surat pertama yang disampaikan pak Djo. Agak aneh, warna sampul merah jambu. Dia terhenyak, ternyata dari Rosa. Merasa berdosa kenapa bukan dia yang menulis duluan. Ah, besok masih bisa menulis. Dia baca pelan pelan surat singkat itu.

Bram yang baik,

Salam dari Bandung untuk teman baru yang kupercaya. Semoga surat ini sampai di tanganmu di saat yang tepat, dan semoga engkau selalu dalam keadaan baik. Setelah kau pulang ke Yogya beberapa minggu lalu, saya selalu menanti kabarmu, menunggu surat darimu. Saya khawatir tak akan menerimanya. Lebih menakutkan lagi, jika kau melupakan semuanya yang kita alami. Saya selalu berharap persahabatan kita tetap akan berlanjut bersama dengan perjalanan waktu. Hidup memang harus selalu penuh harapan kan?

Jangan kau pikir saya wanita murahan ya Bram. Setelah berbincang denganmu di rumah makan itu, saya mempunyai kepercayaan yang besar terhadap dirimu. Walau baru selintas mengenal. Perkenalan itu begitu berarti bagiku. Begitu indah peristiwa sepanjang perjalanan itu. Perasaan saya melayang. Tak ada yang perlu disesali. Janganlah kita tinggalkan kenangan itu begitu saja. Seperti hanya impian sesaat. Jika itu hanya mimpi, saya tak ingin mimpi hanya sesaat. Saya ingin mimpi mimpi indah selalu datang kembali bersamamu.

Masih banyak yang ingin saya ungkapkan. Masih banyak cerita yang ingin saya sampaikan jika saatnya tiba. Tak akan ada dusta di antara kita. Tak perlu berjanji karena sekedar janji hanyalah akan melukai hati kita masing masing. Tak perlu memberikan komitmen apa apa saat ini. Biarlah persahabatan kita berjalan tulus. Berjalan alami apa adanya ya Bram. Salam dan doaku selalu mnyertaimu. Hari hariku selalu menunggu surat darimu.

Pipit Rosalina, teman setiamu.

2 comments:

  1. wah..Ki Ageng ini selalu bikin penasaran ......saya ingin cepat membaca .......Akhir cerita yang selalu bikin penasaran untuk menanti kelanjutannya.....hahaha....Salam

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Pak Djoko. Week end ini saya upload terusannya. Ada beberapa yang sudah siap kok belum sempat upload. Salam

    ReplyDelete